Menghemat Listrik Di Perkebunan Krisan
Hemat Listrik di Kebun Krisan
Biaya beban listrik yang dikeluarkan oleh Piet Haryanto, diperkebun
krisan di Cigenang per bulan lumayan tinggi. Bagaimana tidak bila untuk
mencegah pembungaan digunakan pencahayaan 4 jam terus menerus .Padahal
dengan teknologi keluaran BALATHI (Balai Penelitian Tanaman Hias ),
mereka bisa menghemat biaya beban listrik sampai 66%. caranya, dengan
mengubah pakem pola night break .
Kebanyakan varietas krisan di Indonesia berasal Belanda. Jenis –jenis
itu tergolong hari pendek . Oleh karena itu dibutuhkan penambahan
cahaya buatan untuk memperpanjang masa vegetatif. Dengan penambahan itu
dihasilkan tangkai bunga lebih panjang, bunga makin besar , dan tajuk
rimbun.
Penambahan panjang hari dilakukan setelah matahari terbenam,pukul 22.00
sampai 02.00. Beberapa pekebun krisan menerapkan pola night break
dengan metode sesuai petunjuk produsen bibit krisan . Caranya, selama 4
jam pencahayaan diterapkan metode dengan intensitas tertentu dengan
intensitas tertentu dalam pola sekian menit terang dan sekian menit
gelap.
Tekan biaya
Metode yang digunakan tiap pekebun berbeda.Misalnya intensitas 72
lux/m2 dalam pola 15 menit terang dan 15 menit gelap “Kita bisa
menerapkan intensitas 60 lux /m2 dengan pola 9 menit terang, 18 menit
gelap,” kata Sarkat Saleh, general manager Alam Indah Bunga Nusantara
(AIBN , produsen krisan). Dari produsen bibit impor –fides- disebutkan
untuk daerah khatulistiwa dibutuhkan pencahayaan buatan 3-4 jam dengan
intensitas 32-108/m2 lux .
Menurut Dr.Budi Marwoto, MS, peneliti BALITHI penerapan pola night
break para pekebun masih terhitung mahal.” Apalagi perusahaan besar yang
beban biaya listriknya dihitung dengan skala industri,” kata Budi.
Berbekal hal itu, bersama peneliti lain ia mencari pola night break yang
tepat dan bisa menekan biaya.
Akhirnya ditemukan modifikasi pola night break dan intensitas yang
jauh lebih hemat.” Tentu saja dengan perhitungan kualitas yang sesuai
dan beberapa hasil diantaranya justru lebih baik ,” ujar koordinator
peneliti itu .
Dari sejumblah parameter, penelitian yang diadakan di AIBN ,Kawung
Luwuk, Cianjur akhirnya kombinasi terbaik. Yaitu 7,5 menit terang dan
22,5 menit gelap (7,5-22,5), serta intensitas 40 lux/m2. Selain itu
mereka pun menggunakan lampu pijar 60 watt. Padahal umumnya pekebun
menggunakan 100-150 watt.
Penambahan cahaya dilakukan sejak pukul 22.00-02.00. Selama 4 jam
pencahayaan, lampu hanya dinyalakan dan dimatikan masing-masing 8 kali.
ketinggian lampu untuk tiap intensitas 2,16 m. Sedangkan jarak antar
lampu 2,0-2,5 m. Tiap anak petak terdapat 160 tanaman dengan jarak tanam
12,5 x 12,5 cm. Perlakuan hari panjang dilakukan selama 30 hari sejak
tanam.
Bisa optimal
Dengan cara tersebut, hasil pun memperlihatkan kualitas bunga optimal. Dari tinggi tanaman, perlakuan 7,5-22,5 memperlihatkan hasil terbaik , rata-rata 95 cm. Perlakuan kontrol (9-18) hanya 75 cm. Demikian pula hasil diameter batang juga memperlihatkan hasil tertinggi.
Dari analisis jaringan daun krisan, total karbon tertinggi didaun
terdapat perlakuan 7,5-22,5. Artinya , tanaman bisa melakukan
pertumbuhan paling optimal pada perlakuan itu. Tak heran bila laju
tinggi dan pertambahan diameter batang juga tertinggi.
Pada perkembangan generatif atau masa perkembangan bunga, hasil serupa
juka diperlihatkan perlakuan 7,5-22,5. Jumlah kuncup dalam 1 petak,
misalnya tampak merata, panjang tangkai bunga terlihat paling pendek.
Persentase bunga yang mekar penuh pada 12 minggu setelah tanam
tergolong paling rendah. Jumlah tanaman yang mengalami roset pun sangat
sedikit. Terakhir, diameter bunga pun tampak paling lebar.
Dengan sejumlah keunggulan penampilan itu, kualitas bunga yang
dihasilkan justru terbaik ketimbang perlakuan biasa. Apalagi pekebun
juga bisa menghemat biaya karena efisiensi biaya energi listik .”
pekebun bisa menekan sekitar 1/3 dari biaya energi listrik ,” jelas
Budi. Oleh karena itu ,” sekarang kita menerapkan metode ini pada semua
kebun percobaan ,” tambah peneliti yang memperoleh penghargaan sebagai
peneliti teladan berkat penemuannya itu.
0 komentar:
Posting Komentar