Rabu, 06 Januari 2016

Menghemat Listrik Di Perkebunan Krisan

Hemat Listrik di Kebun Krisan
Biaya beban listrik yang dikeluarkan oleh Piet Haryanto, diperkebun krisan di Cigenang per bulan lumayan tinggi. Bagaimana tidak bila untuk mencegah pembungaan digunakan pencahayaan 4 jam terus menerus .Padahal dengan teknologi keluaran BALATHI (Balai Penelitian Tanaman Hias ), mereka bisa menghemat biaya beban listrik sampai 66%. caranya, dengan mengubah pakem pola night break .
Kebanyakan varietas krisan di Indonesia berasal Belanda. Jenis –jenis itu tergolong hari pendek . Oleh karena itu dibutuhkan penambahan cahaya buatan untuk memperpanjang masa vegetatif. Dengan penambahan itu dihasilkan tangkai bunga lebih panjang, bunga makin besar , dan tajuk rimbun.
Penambahan panjang hari dilakukan setelah matahari terbenam,pukul 22.00 sampai 02.00. Beberapa pekebun krisan menerapkan pola night break dengan metode sesuai petunjuk produsen bibit krisan . Caranya, selama 4 jam pencahayaan diterapkan metode dengan intensitas tertentu dengan intensitas tertentu dalam pola sekian menit terang dan sekian menit gelap.
Tekan biaya
Metode yang digunakan tiap pekebun berbeda.Misalnya intensitas 72 lux/m2 dalam pola 15 menit terang dan 15 menit gelap “Kita bisa menerapkan intensitas 60 lux /m2 dengan pola 9 menit terang, 18 menit gelap,” kata Sarkat Saleh, general manager Alam Indah Bunga Nusantara (AIBN , produsen krisan). Dari produsen bibit impor –fides- disebutkan untuk daerah khatulistiwa dibutuhkan pencahayaan buatan 3-4 jam dengan intensitas 32-108/m2 lux .
Menurut Dr.Budi Marwoto, MS, peneliti BALITHI penerapan pola night break para pekebun masih terhitung mahal.” Apalagi perusahaan besar yang beban biaya listriknya dihitung dengan skala industri,” kata Budi. Berbekal hal itu, bersama peneliti lain ia mencari pola night break yang tepat dan bisa menekan biaya.
 Akhirnya ditemukan modifikasi pola night break dan intensitas yang jauh lebih hemat.” Tentu saja dengan perhitungan kualitas yang sesuai dan beberapa hasil diantaranya justru lebih baik ,” ujar koordinator peneliti itu .
Dari sejumblah parameter, penelitian yang diadakan di AIBN ,Kawung Luwuk, Cianjur akhirnya kombinasi terbaik. Yaitu 7,5 menit terang dan 22,5 menit gelap (7,5-22,5), serta intensitas 40 lux/m2. Selain itu mereka pun menggunakan lampu pijar 60 watt. Padahal umumnya pekebun menggunakan 100-150 watt.
Penambahan cahaya dilakukan sejak pukul 22.00-02.00. Selama 4 jam pencahayaan, lampu hanya dinyalakan dan dimatikan masing-masing 8 kali. ketinggian lampu untuk tiap intensitas 2,16 m. Sedangkan jarak antar lampu 2,0-2,5 m. Tiap anak petak terdapat 160 tanaman dengan jarak tanam 12,5 x 12,5 cm. Perlakuan hari panjang dilakukan selama 30 hari sejak tanam.
Bisa optimal
    
Dengan cara tersebut, hasil pun memperlihatkan kualitas bunga optimal. Dari tinggi tanaman, perlakuan 7,5-22,5 memperlihatkan hasil terbaik , rata-rata 95 cm. Perlakuan kontrol (9-18) hanya 75 cm. Demikian pula hasil diameter batang juga memperlihatkan hasil tertinggi.
Dari analisis jaringan daun krisan, total karbon tertinggi didaun terdapat perlakuan 7,5-22,5. Artinya , tanaman bisa melakukan pertumbuhan paling optimal pada perlakuan itu. Tak heran bila laju tinggi dan pertambahan diameter batang juga tertinggi.
Pada perkembangan generatif atau masa perkembangan bunga, hasil serupa juka diperlihatkan perlakuan 7,5-22,5. Jumlah kuncup dalam 1 petak, misalnya tampak merata, panjang tangkai bunga terlihat paling pendek. Persentase bunga yang mekar penuh pada 12 minggu setelah tanam tergolong paling rendah. Jumlah tanaman yang mengalami roset pun sangat sedikit. Terakhir, diameter bunga pun tampak paling lebar.
Dengan sejumlah keunggulan penampilan itu, kualitas bunga yang dihasilkan justru terbaik ketimbang perlakuan biasa. Apalagi pekebun juga bisa menghemat biaya karena efisiensi biaya energi listik .” pekebun bisa menekan sekitar 1/3 dari biaya energi listrik ,” jelas Budi. Oleh karena itu ,” sekarang kita menerapkan metode ini pada semua kebun percobaan ,” tambah peneliti yang memperoleh penghargaan sebagai peneliti teladan berkat penemuannya itu.

0 komentar:

Posting Komentar