Rabu, 06 Januari 2016

Buah Merah Bukan Antikanker?


Bukti empiris buah merah sanggup mengenyahkan sel kanker sudah tidak diragukan lagi. Itu pun baru segelintir dari ratusan kasus pasien kanker yang terselamatkan nyawanya berkat Pandanus conoideus itu. Toh, dunia medis tidak serta-merta mengamini fenomena itu. Mereka meminta bukti ilmiah. Kandungan zat aktif apa yang berperan sebagai antikanker pada buah merah?
Beberapa waktu lalu, salah satu koran ibukota memberitakan buah merah tak mengandung senyawa antikanker. Hasil wawancara dengan dr Zubairi Djoerban dari Divisi Hepatologi Onkologi Medik FKUI/RSCM itu sebenarnya menyatakan, sampai saat ini belum ditemukan senyawa antikanker pada buah merah.
Faktanya, memang belum ada penelitian yang mengungkap senyawa aktif antikanker pada buah merah. Namun, itu tidak berarti buah tawi-sebutan di Papua-tidak mengandung zat penggempur kanker.
Tanaman Buah merah mengandung senyawa antioksidan, seperti beta karoten, tokoferol (vitamin E), vitamin C, dan flavonoid dalam konsentrasi tinggi. Keseluruhan zat terbukti sangat baik untuk pencegahan kanker. Antioksidan berperan menangkal radikal bebas pemicu kanker, tapi tidak secara langsung membunuh sel-sel kanker.
Jadi, bila secara empiris buah merah terbukti membantu penyembuhan kanker, bisa dipastikan ada senyawa selain antioksidan yang ikut berperan dalam membunuh sel-sel kanker. Senyawa misterius itu kemungkinan besar asam-asam lemak, terutama asam oleat dan asam palmitat.
Asam Oleat
Mengapa muncul dugaan itu? Riset JA Menendez dkk pada Januari 2005 menunjukkan asam oleat dapat menekan aksi onkogen penyebab kanker HER-2/neu yang ditemukan pada sekitar 30% penderita kanker payudara. Hasil penelitian itu juga membuktikan asam oleat meningkatkan efektivitas obat kanker payudara Herceptiptin (trastuzumab, produksi Roche Holding, Swiss).
Hanya saja, penelitian itu kontradiksi dengan riset S. Hardy pada 2003. Menurut Hardy, asam oleat menghambat proses apoptosis-program aktif kematian sel normal yang sangat teratur (programmed cell death) lazim disebut “proses kematian bunuh diri” (suicide)-sel kanker dan sel-sel lainnya. Maka, penelitian lebih lanjut diperlukan guna membuktikan fenomena aksi asam oleat pada studi invivo dan uji klinis termasuk mekanisme kerjanya.
Pada dasarnya asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh. Ia terkandung dalam buah merah sebagai komponen utama, mencapai 71% dari keseluruhan. Dengan tingginya kadar asam oleat, diharapkan konsumsi minyak buah merah mencegah kanker dan membantu pengobatan kanker.
Kematian Terprogram
Penelitian Hardy pada 2003 menunjukkan, asam palmitat sangat toksik terhadap sel-sel kanker. Zat itu terbukti dapat menghambat sintesis kardiopilin, suatu lipida yang berada dalam membran mitokondria. Lipida ini membentuk kompleks dengan sitokrom C sehingga mencegah zat lain keluar dari mitokondria. Keluarnya sitokrom C dari mitokondria merupakan sinyal untuk apoptosis.
Dengan dihambatnya sintesis kardiopilin oleh asam palmitat, maka secara langsung asam palmitat dapat memfasilitasi keluarnya sitokrom C dari mitokondria. Akibatnya, proses apoptosis terinduksi alias kematian sel terprogram.
Apoptosis ditandai pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, dan fragmentasi nukleus, serta sel itu sendiri. Ada hubungan erat antara gangguan dalam proses apoptosis dengan pertumbuhan sel-sel kanker. Pada kanker, sel-sel tidak mati tetapi tetap hidup dan terus-menerus memperbanyak diri.
Pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkendali itu tidak sekadar penyimpangan pembelahan sel, melainkan gangguan proses kematian sel-sel secara normal. Diduga kuat asam palmitat, salah satu senyawa penting yang memicu apoptosis pada sel-sel kanker.
Minyak buah merah mengandung asam palmitat sekitar 17%. Ia komponen terbesar kedua setelah asam oleat. Karena itu, konsumsi minyak buah merah secara teratur diharapkan dapat mencegah kanker sekaligus membantu proses pengobatan.
Golongan Flavonoid
Minyak buah merah mengandung senyawa golongan flavonoid dan steroid/triterpenoid. Flavonoid merupakan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik pigmen tumbuhan. Ia berfungsi sebagai antioksidan, melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan antibiotik.
Dalam banyak kasus, flavonoid berperan secara langsung sebagai antibiotik. Zat itu sanggup mengganggu fungsi mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Selain itu, flavonoid juga berperan dalam mencegah asma, katarak, diabetes, encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis alias radang jaringan ikat penyangga akar gigi.
Steroid/triterpenoid adalah senyawa yang sering digunakan sebagai komponen aktif obat. Banyak hasil penelitian menunjukkan senyawa dari golongan itu bermanfaat sebagai antikanker, antimikroba, dan untuk pengobatan jantung. Bukti empiris buah merah sanggup menggempur serangan osteoporosis, diabetes, kanker, dan infeksi mikroba, kemungkinan besar terkait dengan peran senyawa flavonoid dan steroid/terpenoid di dalamnya.
Beragam uji dan penelitian untuk mengungkap senyawa yang menjadi actor antikanker memang perlu terus dilakukan. Namun, sambil menunggu itu, buah merah pantas menjadi alternatif pengobatan kanker. Sebab penderita tak bisa menunggu lebih lama terjebak dalam kebimbangan.

0 komentar:

Posting Komentar