Rabu, 06 Januari 2016

Durian Merah Andalan Banyuwangi





Informasi kehadiran durian merah di Banyuwangi sudah terdengar cukup lama. Hanya saja dalam kurun 2-3 tahun terakhir ditelusuri, jawabannya selalu sama, musim sudah lewat atau tanaman tidak berbuah. Untuk sementara si merah yang tumbuh di kediaman Serad di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah-urung didapat. Penghujung April 2010, lagi-lagi didapat kabar bila si wayut-sebutan durian merah milik Serad tak berbuah. "'Pada musim hujan awal 2010 bunganya rontok." ujar Soenaryo, bagian fungsional bidang hortikultura Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyuwangi.
Asli merah
Namun, kabar buruk itu terobati tatkala Soenaryo menyampaikan informasi bahwa durian merah juga ada di Kecamatan Songgon-berjarak 35 km dari Glagah dan tengah berbuah. Perburuan durian merah menjadi perlu lantaran nama itu lazimnya merujuk pada anggang Durio groveofens dan lahong Durio dulcis, bukan D. zibethinus. Anggang berdaging merah pekat. Lahong justru kulitnya yang merah, daging buah kuning atau krem. Keduanya banyak tumbuh di Kalimantan. Untuk menipis keraguan, bersama tim dari Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyuwangi. Di tengah perjalanan, rombongan singgah di kediaman Eko Mulyanto, stat Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyuwangi yang juga   penangkar   buah.
Di sana Eko menyediakan 3 buah durian seukuran bola takraw. Penampilannya persis D. zibethinus biasa. Kulitnya berduri pendek. "ini durian   merah dari Songgon," ujar Eko seraya membelah salah satu buah menggunakan pisau. Begitu dibuka terlihat pongge berwarna merah muda-bukan merah pekat   seperti graveolens pun lebih pucat daripada warna pongge durian merah silangan antara D. zibethinus dan D. graveolens asal Bulungan, Kalimantan Timur, yang ditemukan Lutfi Bansir, pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Durian merah milik Serad-dari foto yang ia tunjukkan juga berwarna merah muda.
Aroma khas durian menguar, menggugah selera. Akhirnya kami mencomot salah satu pongge dan mencicipinya. Luar biasa, rasanya lembut sedikit berserat, manis, dan agak pahit. Beda dengan D. Groveolen yang tekstur daging buahnya bertepung, kurang manis, dan beraroma bawang putih. Setelah memperoleh bukti “keaslian” durian merah asal Songgon, tim melanjutkan perjalanan ke lokasi pohon induk.
150 tahun
Memasuki sore hari rombongan tiba di kediaman Sulaimi, pemilik pohon durian merah di Kecamatan Songgon, pria 75 tahun itu lalu mengajak tim ke lokasi pohon di kebun berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Tanaman tumbuh menjulang setinggi 30 m di lereng jurang, “Durian itu ditanam kakek saya. Diperkirakan umurnya 150 tahun” ujar Sulaimi. Lutfi Bansir, kandidat doktor yang juga peneliti di Durian Research Center Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, menduga durian merah Songgon juga silangan antara D. Graveolens dan D. Zibethinus. Ciri khas silangan terlihat dari warna daging buah yang merah dari graveolens dan putih dari zibethinus” ujarnya.
Pendapat serupa dilontarkan Gregori Garnadi Hambali, ahli botani di Bogor – Jawa Barat. Satu-satunya sumber gen merah dalam kerabat Bombacaceae berasal dari graveolens. Ciri-ciri daun juga lebih mirip graveolens yang lebih membulat ketimbang durian lokal. Hanya saja dari bentuk duri, rasa, dan aroma buah lebih dominan zibethinus.
Sayannya Sulaimi tidak tahu menahu asal-usul durian merah yang tumbuh dikebunnya. Keluarga Sulaimi pun tak kenal dengan keluarga Serad pemilik durian merah di Glagah. Seandainya benar merah mewarisi darah graveolens, sungguh mengejutkan. Musababnya, dalam buku botani seperti Plant Resource of East Asia (Prose), tidak pernah disebutkan graveolens tumbuh di Jawa. Durian burung sebutannya di Malaysia biasanya ditemukan di Sumatera dan Kalimatan.
Andalan Banyuwangi
Sekitar 10 km dari kebun Sulaimi, juga dijumpai durian milik Imam Syafi’i. Dagig buahnya jingga pekat seperti lai Durio kutejensis. Namun, begitu dikupas, terlihat warna daging merah muda. Bentuk duri, tekstur, dan rasa daging buah mirip D. Zibethinus. Di sana juga ada durian kesumbo milik Muhammad Tajuid yang berdaging jingga mencolok.
Menurut Suparlan, kepala bidang hortikultura Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, dan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyuwangi, durian-durian berdaging buah atraktif itu bakal menjadi andalan baru Kabupaten Banyuwangi. “Durian-durian itu akan diperbanyak dan didaftarkan sebagai varietas unggul lokal” katanya. Jadi, tidak mustahil bila di masa mendatang Songgon bakal menjadi incaran para mania durian.

0 komentar:

Posting Komentar